Review Studium Generale Krisis Ekonomi Tinjauan Sosial Politik

   Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis Universitas Katolik Widya Karya (UKWK) yang ke 33 dan mengawali perkuliahan semester gasal, UKWK menggelar Studium Generale. Studium Generale kali ini mengambil tema Krisis Ekonomi: Tinjauan Sosial Politik. Pematerinya adalah salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia pada tahun 60an dengan sederet pengalaman berorganisasi yang sangat mengagumkan. Beliau adalah Harry Tjan Silalahi, pria kelahiran Yogyakarta, 11 Februari 1934. Bapak Harry Tjan dikenal sebagai pemerhati politik dan sosial. Posisi yang beliau jabat sekarang adalah Wakil Ketua Dewan Direktur dan Anggota Dewan Kehormatan Center for Strategic and International Studies atau CSIS.

   Dalam pembukaan Studium Generale ini, Rektor UKWK, Romo Albert memuji generasi muda sebagai orang-orang yang menguasai teknologi informasi dan menggunakannya secara maksimal. Namun demikian, Romo Albert juga menyanjung generasi tua sebagai generasi yang memiliki pengalaman. Pengalaman hanya diperoleh apabila seseorang menjalani suatu peristiwa. Beliau juga berkata bahwa pengalaman adalah guru yang baik dan sekaligus kejam karena pengalaman diperoleh dengan mengalami terlebih dahulu baru kemudian didapatlah pelajarannya, bukan dipelajari dulu baru dialami. Melihat Bapak Harry Tjan yang memiliki pengalaman yang sangat banyak, Romo Albert berharap agar semua peserta baik mahasiswa maupun para dosen yang hadir bisa menyerap semua ilmu yang disharingkan oleh Bapak Harry Tjan.

   Bapak Harry Tjan memaparkan bahwa lemahnya perekonomian bangsa Indonesia disebabkan dua hal yaitu spesialisasi dan hilangnya karakter. Spesialisasi nampak dari banyaknya kaum pelajar atau intelek yang ahli di suatu bidang tertentu sehingga cenderung melihat suatu hal dari satu sudut pandang saja, sedangkan hilangnya karakter terlihat dari mudahnya individu menggunakan kepandaiannya untuk kepentingan sendiri. Kedua hal tersebut bermuara pada maraknya korupsi yang merajalela di Indonesia. Korupsi yang menyengsarakan rakyat bertolak belakang dengan tujuan kemajuan ekonomi yaitu mensejahterakan dan membahagiakan rakyat. Selanjutnya beliau juga menjelaskan tentang keragaman bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan Hari Sumpah Pemuda yang akan diperingati pada 28 Oktober mendatang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari banyak suku, agama dan ras yang disatukan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika menjadi satu bangsa, satu nusa dan satu Bahasa. Kekayaan akan keberagaman ini hendaknya disatukan bukan diseragamkan agar setiap orang bisa mengambil peran dengan karakternya masing-masing dalam membangun Indonesia. Dengan demikian, maka sekat seperti pribumi, non pribumi, mayoritas dan minoritas terhapuskan sehingga mampu memecahkan masalah bersama-sama.

   Setelah pemaparan dari Bapak Harry Tjan, acara dilanjutkan dengan tanya-jawab dari peserta. Banyak pertanyaan bagus yang terlontar dari para peserta salah satunya adalah apa yang perlu dilakukan agar rupiah kembali menguat. Beliau menekankan pentingnya berdiskusi secara aktif untuk memperlajari sebab-sebab pelemahan rupiah dan mencari solusinya. Pertanyaan lainnya adalah tentang kemungkinan krisis di Indonesia terulang kembali. Menanggapi pertanyaan itu, Bapak Harry Tjan berharap agar kita semua belajar dari masa lalu agar krisis tidak terulang. Setelah sesi tanya jawab, acara diakhiri dengan penyerahan cinderamata dari UKWK kepada Bapak Harry Tjan Silalahi atas sharing pengalamannya yang sangat berharga bagi segenap civitas UKWK.

(humas)